Kamis, 28 Oktober 2010

kompetensi sosial kkks 1

BAHAN BELAJAR MANDIRI
Kelompok Kerja Kepala Sekolah
Dimensi Kompetensi Sosial
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
TUT WURI HANDAYANI
PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah telah menetapkan bahwa ada lima dimensi
kompetensi kepala sekolah/madrasah yaitu: kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi dan sosial. Dalam rangka pembinaan kompetensi
kepala sekolah/madrasah untuk menguasai lima dimensi kompetensi tersebut,
Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya menyusun Bahan Belajar
Mandiri (BBM).
BBM ini disusun dengan tujuan agar kepala sekolah/madrasah dapat belajar
secara mandiri tanpa tergantung atau menunggu mendapat tugas sebagai
peserta diklat atau tergantung fasilitator, peneyelenggara, waktu, dan tempat.
Dengan tersusunnya BBM ini diharapkan kepala sekolah/madrasah dapat belajar
secara mandiri di manapun dan kapanpun.
Kami mengucapkan terimakasih kepada tim penyusun BBM atas dedikasi dan
kerja kerasnya sehingga BBM dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
BBM ini tentu saja belum sempurna. Oleh sebab itu, saran-saran konstruktif dari
pembaca sangat dinantikan dengan senang hati.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi upaya-upaya kita dalam
meningkatkan mutu tenaga kependidikan.
Jakarta, Agustus 2009
Direktur Tenaga Kependidikan
Surya Dharma, MPA, Ph.D
NIP. 130 783 511
Sosial‐KKKS Page ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR ______________________________________________________ i
DAFTAR ISI ______________________________________________________ ii
PENDAHULUAN __________________________________________________ 1
A. LATAR BELAKANG __________________________________________________ 1
B. B. Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah ________________________ 2
1. Dimensi Kompetensi Kepribadian _________________________________________ 2
2. Dimensi Kompetensi Manajerial __________________________________________ 2
3. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan ______________________________________ 3
4. Dimensi Kompetensi Supervisi____________________________________________ 4
5. Dimensi Kompetensi Sosial ______________________________________________ 4
C. Deskripsi BBM _____________________________________________________ 4
1. Dimensi kompetensi kepribadian meliputi kegiatan belajar: ____________________ 5
2. Dimensi kompetensi manajerial meliputi kegiatan belajar: _____________________ 5
3. Dimensi kompetensi kewirausahaan meliputi kegiatan belajar: _________________ 5
4. Dimensi kompetensi supervisi meliputi kegiatan belajar: ______________________ 6
5. Dimensi kompetensi sosial meliputi kegiatan belajar: _________________________ 6
6. BBM penelitian tindakan sekolah meliputi kegiatan belajar: ____________________ 6
D. Langkah‐langkah Mempelajari BBM ____________________________________ 6
E. Tujuan BBM Kompetensi Sosial _______________________________________ 8
F. Kegunaan BBM Sosial _______________________________________________ 8
G. Standar Kompetensi Sosial ___________________________________________ 8
KEGIATAN BELAJAR 1 ______________________________________________ 9
PENGELOLAAN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT ________________ 9
DI SEKOLAH DASAR _______________________________________________ 9
A. Pengantar _________________________________________________________ 9
B. Materi Belajar Mandiri _____________________________________________ 10
1. Urgensi Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat _____________________ 10
2. Pengertian dan Prinsip _________________________________________________ 11
3. Prosedur ____________________________________________________________ 13
4. Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat _____________________________ 14
5. Bentuk‐bentuk Partisipasi Masyarakat ke Sekolah ___________________________ 14
6. Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak _________________________________ 16
7. Peranan Manajer Pendidikan Menggalang Dukungan Masyarakat ______________ 17
8. Model Pelibatan Masyarakat ____________________________________________ 18
C. Soal Latihan Individual ______________________________________________ 19
D. Pemecahan Masalah dalam Kelompok _________________________________ 20
Sosial‐KKKS Halaman iii
E. Refleksi __________________________________________________________ 20
KEGIATAN BELAJAR 2 _____________________________________________ 21
BEKERJASAMA/NEGOSIASI DENGAN PIHAK LAIN _______________________ 21
A. Pengantar ________________________________________________________ 21
B. Instrumen Identifikasi Gaya Kerja Kepala Sekolah _______________________ 21
C. Rekap Hasil Pengerjaan ke Lembar Jawaban ____________________________ 30
D. Menelaah Materi Bahan Belajar Madiri ________________________________ 32
1. Lima Gaya Kepemimpinan ______________________________________________ 32
2. Nila dan Asumsi ______________________________________________________ 33
3. Dalam Mengejar Tawaran Pihak Lain _____________________________________ 33
4. Dalam Memulai Kerja Sama atau Perundingan ______________________________ 34
5. Dalam Menawarkan Bantuan ___________________________________________ 34
6. Dalam Menegur Kesalahan/Memberi Komentar ____________________________ 35
7. Dalam Mengendalikan Konflik ___________________________________________ 35
8. Dalam Mengambil Keputusan ___________________________________________ 36
9. Komandan __________________________________________________________ 36
10. Pelayan _____________________________________________________________ 36
11. Bohemin ____________________________________________________________ 37
12. Birokrat ____________________________________________________________ 37
13. Manajer ____________________________________________________________ 37
E. Latihan Berpasang‐pasangan ________________________________________ 37
F. Refleksi __________________________________________________________ 38
DAFTAR PUSTAKA ________________________________________________ 38
Sosial‐KKKS Page 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala sekolah/madrasah menegaskan bahwa seorang kepala
sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu:
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah/madrasah sehinnga ia pun harus memiliki
kompetensi yang disyaratkan memiliki kompetensi guru yaitu: kompetensi
paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka upaya untuk meningkatkan
kompetensi kepala sekolah/madrasah dilakukan melalui berbagai strategi.
Salah satu strategi untuk menjangkau seluruh kepala sekolah/madrasah
dalam waktu yang cukup singkat adalah memanfaatkan forum Kelompok
Kerja Kepala Sekolah/Madrasah (KKKS/M) sebagai wahana belajar
bersama. Kepala sekolah/madrasah dalam forum tersebut dapat saling
berbagi pengetahuan dan pengalaman guna bersama-sama meningkatkan
kompetensi dan kinerjanya dalam suasana kesejawatan yang akrab.
BBM ini dimaksudkan dapat memberikan pemahaman, dan motivasi para
kepala sekolah/madrasah untuk menyelesaikan permasalahan sosial di
sekolahnya dengan menggunakan seperangkat kompetenesi sosial. Bila
penyelesaian masalah sosial di sekolah telah sukses dilakukan oleh kepala
sekolah/madrasah, maka secara langsung atau tidak langsung akan
berimplikasi pada peningkatan kualitas sekolah.
Forum KKPS/M akan berjalan efektif apabila terdapat panduan, bahan
kajian serta target yang ingin dicapai. Dalam konteks inilah Bahan Belajar
Mandiri (BBM) ini disusun. BBM ini dimaksudkan sebagai bahan kajian
kepala sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan kompetensi
mereka.
Sosial‐KKKS Halaman 2
B. B. Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah
BBM ini disesuaikan dengan cakupan dimensi kompetensi kepala
sekolah/madrasah seperti yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/madrasah. Dalam peraturan tersebut terdapat lima dimensi
kompetensi yaitu: kepribadian, manajerial, supervisi, dan sosial. Setiap
dimensi kompetensi memiliki sub-sub sebagai kompetensi dasar yang
harus dimiliki seorang kepala sekolah/madrasah. Secara rinci kompetensikompetensi
dasar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dimensi Kompetensi Kepribadian
a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan akhlak mulia,
menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah/madrasah.
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah/madrasah.
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah.
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2. Dimensi Kompetensi Manajerial
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai
tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan.
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya manusia sekolah/madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
Sosial‐KKKS Halaman 3
f. Mengelola guru dan staf dalamr angka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam
rangka pendayagunaan secara optimal.
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat
dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan
pembiayaan sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, penempatan, dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, tranparan, dan efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah.
n. Mengelola informasi dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan.
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring,evaluasi,dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya.
3. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
Sosial‐KKKS Halaman 4
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Dimensi Kompetensi Supervisi
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
5. Dimensi Kompetensi Sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
C. Deskripsi BBM
BBM terdiri atas enam bagian yaitu:
1. dimensi kompetensi kepribadian,
2. dimensi kompetensi manajerial,
3. dimensi kompetensi kewirausahaan,
4. dimensi kompetensi supervisi,
5. dimensi kompetensi sosial, dan
6. penelitian tindakan sekolah
BBM nomor 1 sampai 5 disesuaikan dengan dimensi standar kompetensi
kepala sekolah/madrasah. Sedangkan BBM nomor 6 merupakan
pengkhususan dan pendalaman dimensi kompetensi penelitian dan
pengembangan. Hal ini penting untuk diprioritaskan karena peran kepala
sekolah/madrasah sebagai agen perubahan di sekolah/madrasah. Dengan
kemampuan ini diharapkan kepala sekolah/madrasah dapat
Sosial‐KKKS Halaman 5
meningkatkan mutu sekolah yang dibinanya. Setiap BBM di atas meliputi
beberapa kegiatan belajar sebagai berikut.
1. Dimensi kompetensi kepribadian meliputi kegiatan belajar:
a. pengertian kepribadian kepala sekolah/madrasah,
b. kepala sekolah/madrasah sebagai teladan,
c. pentingnya integritas dan keterbukaan dalam kepemimpinan
kepala sekolah/madrasah,
d. kompetensi emosional berpengaruh terhadap keefektifan
kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, dan
e. pengembangan diri sebagai pemimpin pendidikan.
2. Dimensi kompetensi manajerial meliputi kegiatan belajar:
a. pembuatan rencana kegiatan sekolah/madrasah,
b. pengorganisasian sekolah/madrasah,
c. manajemen perubahan di sekolah/madrasah,
d. manajemen sdm di sekolah/madrasah,
e. manajemen sarana dan prasarana sekolah/madrasah,
f. manajemen kesiswaan sekolah/madrasah,
g. manajemen kurikulum dan pembelajaran sekolah/madrasah, dan
h. manajemen keuangan sekolah.
3. Dimensi kompetensi kewirausahaan meliputi kegiatan belajar:
a. konsep dan latihan kewirausahaan,
b. konsep dan latihan inovasi,
c. konsep dan latihan bekerja keras,
d. konsep dan latihan motivasi kuat (komitmen) dan pantang
menyerah,
e. konsep dan latihan kreativitas untuk selalu mencari solusi terbaik,
dan
f. evaluasi diri memiliki naluri kewirausahaan.
Sosial‐KKKS Halaman 6
4. Dimensi kompetensi supervisi meliputi kegiatan belajar:
a. konsep dan latihan supervisi akademik,
b. konsep dan latihan perencanaan program supervisi akademik,
c. konsep dan latihan teknik-teknik supervisi akademik,
d. konsep dan latihan supervisi klinis, dan
e. konsep dan latihan tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap
guru.
5. Dimensi kompetensi sosial meliputi kegiatan belajar:
a. manajemen hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat di
sekolah /madrasah, dan
b. kerja sama/negosiasi dengan pihak lain.
6. BBM penelitian tindakan sekolah meliputi kegiatan belajar:
a. konsep dan latihan PTS, dan
b. penyusunan proposal dan laporan PTS.
D. Langkah-langkah Mempelajari BBM
Bahan belajar ini dirancang untuk dipelajari oleh kepala sekolah/madrasah
dalam forum KKPS/M. Oleh karena itu langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup aktivitas individual dan
kelompok. Secara umum aktivitas individual meliputi: (1) membaca materi,
(2) melakukan latihan/tugasekolah/madrasah, memecahkan kasus pada
setiap kegiatan belajar, (3) membuat rangkuman/kesimpulan, dan (4)
melakukan refleksi, dan melakukan tindak lanjut. Sedangkan aktivitas
kelompok meliputi: (1) mendiskusikan materi, (2) bertukar pengalaman
dalam melakukan latihan/memecahkan kasus, (3) melakukan
seminar/diskusi hasil latihan/tugas yang dilakukan, dan (4) bersama-sama
melakukan refleksi, membuat action plan, dan tindak lanjut. Langkahlangkah
tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini.
Sosial‐KKKS Halaman 7
Gambar 1 Alur Kegiatan Belajar Individu dan Kelompok
Dari gambar di atas tampak bahwa aktivitas kelompok selalu didahului oleh
aktivitas individu. Dengan demikian, maka aktivitas individu adalah hal
yang utama. Sedangkan aktivitas kelompok lebih merupakan forum untuk
berbagi, memberikan pengayaan, dan penguatan terhadap kegiatan yang
telah dilakukan individu masing-masing.
Dengan mengikuti langkah-langkah BBM di atas, diharapkan kepala
sekolah/madrasah para pengawas yang tergabung dalam KKKS/M dapat
secara individu dan bersama-sama meningkatkan kompetensinya, yang
pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kompetensi yang
dibinanya.
Selamat belajar. Semoga sukses.
Aktivitas Individu Aktivitas Kelompok
Membaca Bahan
Belajar
Mediskusikan
Bahan Belajar
Melaksanakan
Latihan/Tugas/
Studi Kasus
Sharing Permasalahan
dan Hasil
Pelaksanaan
Latihan
Membuat
Rangkuman
Membuat
Rangkuman
Melakukan
Refleksi,
Membuat Action
Plan, dan
Tindak Lanjut
Melakukan
Refleksi,
Membuat Action
Plan, dan
Tindak Lanjut
Sosial‐KKKS Halaman 8
E. Tujuan BBM Kompetensi Sosial
BBM kompetensi sosial ini disusun dengan tujuan untuk dijadikan bahan
bacaan, pelajaran, latihan, refleksi, diskusi, dan tindak lanjut dalam
meningkatkan kompetensi sosial.
F. Kegunaan BBM Sosial
1. Sebagai bahan belajar individual bagi Kepala SD/MISD/MI tanpa terikat
oleh
2. fasiltator, waktu, dan tempat.
3. Sebagai BBM bagi KKKS.
4. Untuk membantu Kepala SD/MI dalam meningkatkan kompetensi
sosial baik secara individu maupun kelompok.
G. Standar Kompetensi Sosial
Setelah mempelajari, mendiskusikan, mendalami, dan mempraktikkan
BBM ini bersama teman sejawat di KKKS/M; Kepala SD/MI diharapkan
mampu:
1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah.
2. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Sosial‐KKKS Halaman 9
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGELOLAAN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT
DI SEKOLAH DASAR
A. Pengantar
Pada kegiatan belajar 1, Anda akan diajak menelaah bacaan tentang
manajemen hubungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, cermati
kata demi kata dan tangkaplah dengan seksama makna yang terkandung
di dalamnya. Sangat bagus jika Anda, sambil membaca, menggaris bawahi
hal-hal penting, dan setelah itu merangkumnya sehingga Anda
mendapatkan pemahaman global tentang manajemen hubungan sekolah
dan masayarakat.
Selanjutnya, diharapkan Anda mengerjakan soal-soal latihan baik yang
bersifat individual maupun kelompok. Jika menelaah bacaan, mengerjakan
soal baik yang bersifat individual maupun kelompok ini telah Anda lakukan,
diharapkan Anda menguasai kompetensi sosial sebagai berikut: Mampu
berkomunikasi dan bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah.
Sosial‐KKKS Halaman 10
B. Materi Belajar Mandiri
PENGELOLAAN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT
DI SEKOLAH DASAR
1. Urgensi Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat termasuk salah satu
substansi manajemen pendidikan yang sangat krusial. Posisi krusialnya
terletak pada keharusan menyatunya kembali berbagai kelembagaan
pendidikan, yaitu kelembagaan pendidikan keluarga, kelembagaan
pendidikan sekolah dan kelembagaan pendidikan masyarakat. Dalam
perspektif ilmu pendidikan, kelembagaan pendidikan tersebut juga
berhimpit dengan lingkungan pendidikan.
Keharusan untuk mensinergikan antar kelembagaan pendidikan tersebut,
sebenarnya dapat dirunut dari pertanyaan: siapakah sesungguhnya yang
membentuk kelembagaan pendidikan sekolah? Begitu jawaban yang kita
berikan adalah keluarga dan masyarakat itu sendiri, maka sesungguhnya
keluarga dan masyarakat harus dilibatkan dalam pengurusan dan
pengembangan program-program pendidikan di sekolah. Hanya dengan
cara demikianlah, maka program-program pendidikan di sekolah akan
dapat memberikan kepuasan kepada keluarga dan masyarakat, yang
lazim juga dikenal dengan stake holders pendidikan.
Seiring dengan makin kukuhnya kelembagaan pendidikan sekolah,
pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat haruslah
dilakukan oleh sekolah, agar makin banyak multi stake holders yang
dapat dilayani, dan dapat diserap aspirasinya. Kepuasan multi stake
holder dan customer pendidikan, untuk era sekarang dan ke depan,
dipandang urgen paling tidak dari perspektif total quality management
(TQM) yang kini juga sudah merambah ke dunia pendidikan. Sebagai
lembaga yang menjadi pertemuan antar kultur peserta didik, tenaga
pendidikan dan tenaga kependidikan, sekolah juga diharapkan mampu
melakukan hubungan multi kultural dengan masyarakat yang juga multi
kultur.
Sosial‐KKKS Halaman 11
Agar partsipasi masyarakat dapat ditingkatkan, selayaknya lembaga
pendidikan melakukan hubungan-hubungan sosial. Hubungan-hubungan
sosial ini harus dibangun, baik dengan tokoh-tokoh masyakat maupun
dengan mereka yang berada pada posisi grass root. Lazimnya, ketika
dengan elit atau tokoh masyarakat sudah dapat dibangun, maka
hubungan dengan grass rootnya akan menjadi lancar.
2. Pengertian dan Prinsip
Hubungan sosial adalah hubungan yang dijalin oleh suatu lembaga
pendidikan dengan masyarakat. Masyarakat di sini, bisa berupa
masyarakat yang terorganisir dan masyarakat yang tidak terorganisir.
Masyarakat yang terganisir, juga dapat dikategorikan terorganisir formal
dan terorganisir tidak formal. Sedangkan hubungan sosial sendiri, bisa
bersifat formal dan tidak formal. Hubungan sosial juga bisa tertuju kepada
tokoh atau elit masyarakat, dan bisa juga langsung ke masyarakat.
Karena itu, saluran hubungan sosial ini juga bisa menggunakan saluran
formal dan bisa menggunakan saluran tidak formal.
Menurut Maisyaroh (2006), beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam
melaksanakan hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat. Prinsip
tersebut terdiri atas: (1) fleksibilitas, (2) relevansi, (3) partisipatif, 4)
komprehensif, dan dan (5) melembaga.
Prinsip fleksibelitas ini patut dipedomani, karena lembaga pendidikan
yang fleksibellah yang akan dapat mengakomodasi aspirasi dan harapan
masyarakat. Pada hal, makin fleksibel suatu lembaga, makin banyak
aspirasi masyarakat yang terakomodasi. Ini menjadikan masyarakat
merasa memiliki terhadap program lembaga pendidikan. sens of
belongingness masyarakat terhadap lembaga pendidikan akan
menghadirkan dukungan baik yang terkait dengan aspek finansial
maupun program.
Prinsipm relevansi juga harus dipedomani, karena peran dan fungsi
lembaga pendidikan, menurut Maisyaroh (2006), hendaknya ditentukan
sesuai dengan kondisi masyarakat yang menjadi latar belakang peserta
Sosial‐KKKS Halaman 12
didik. Relevansi ini menyangkut kesesuaian antara program sekolah
dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan karena peserta
didik setelah menyelesaikan studi akan kembali ke masyarakat.
Masyarakat sebagai pengguna lulusan tentunya menuntut kompetensi
lulusan sesuai dengan kebutuhannya. Tentu saja yang dimaksud dengan
masyarakat di sini, selain masyarakat secara umum juga masyarakat
pengguna lulusan secara langsung seperti dunia usaha, dunia industri
dan sebagainya.
Prinsip partisipatif juga patut dipedomani, karena Lembaga pendidikan
bersama masyarakat hendaknya mengembangkan program kegiatan dan
layanan guna memperluas, mengadakan inovasi, memadukan
pengalaman berbagai kelompok umur pada semua tingkatan (Maisyaroh,
2006). Dengan mengintensifkan partisipasi masyarakat, lembaga
pendidikan akan semakin kokoh. Lembaga pendidikan perlu
menyusunn program, melaksanakan program, mengevaluasi program
bersama masyarakat. Hal ini sesuai dengan semangat pemberlakuan
Manajemen Berbasis Sekolah yang sekarang sedang digalakkan oleh
pemerintah.
Prinspi komprehensif mengandung makna bahwa lembaga pendidikan
harus selalu menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang lebih luas,
intern bangsa maupun masyarakat secara internasional. Hal ini perlu
dilakukan karena era global sudah terjadi dan tak bisa dibatasi atau
dibendung keberadaannya. Kompetensi yang dibutuhkan masyarakat
global sangat bervariasi. Persaingan dalam mencari pekerjaan semakin
ketat. Untuk itu lulusan perlu diberi bekal kemampuan dan sejumlah
kompetensi agar dapat bersaing di era global. Lulusan tidak hanya
dipersiapkan untuk kebutuhan intern (lokal) tapi bisa diperluas sesuai
dengan kebutuhan di tingkat nasional bahkan internasional.
Prinsip melembaga mengandung makna, bahwa layanan efektif dalam
masyarakat pada setiap warga negara hanya dapat dicapai melalui
organisasi, terutama organisasi pendidikan yang dikelola secara baik,
mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
Sosial‐KKKS Halaman 13
pengawasannya (Maisyaroh, 2006). Partisipasi masyarakat dan warga
sekolah dalam mewujudkan sekolah yang bermutu perlu dimaksimalkan.
Prinsip melembaga patut dipedomani, karena akuntabilitas bantuan
masyarakat hanya memungkinkan dilakukan jika semua jenis kerja sama
antara lembaga pendidikan dan masyarakat tidak dilakukan secara orangperorang.
Kelembagan itulah yang harus dibawa oleh lembaga
pendidikan ketika mengembangkan sayap kerja sama dengan
masyarakat.
3. Prosedur
Prosedur pelaksanan hubungan sekolah dengan masyarakat
dilaksanakan melalui 3 tahap. Pertama, menganalisis masyarakat. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan
kondisi, karakter, kebutuhan dan keinginan masyarakat akan pendidikan,
problem yang dihadapi masyarakat serta aspek-aspek kehidupan
masyarakat lainnya seperti kebiasaan, sikap, religius (panatisme
beragama) dan sebagainya. Cara yang dapat dilakukan adalah
mengadakan pengamatan melalui survey tentang kebiasaan, adat istiadat
yang mendukung atau bahkan menghambat kemajuan pendidikan yang
ada di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, wawancara dan dialog
langsung dengan masyarakat khususnya melalui tokoh kunci (key
informan), untuk mengetahu apa kebutuhan dan aspirasi mereka.
Kedua, mengadakan komunikasi dengan masyarakat sasaran. Dalam
melakukan komunikasi, terutama sebelum memberikan informasi,
hendaknya pastikan bahwa informasi, petunjuk atau saran yang diberikan
telah dilakukan oleh si pemberi informasi. Disamping itu, dalam
berkomunikasi perlu memberikan penghargaan kepada lawan
komunikasi. Bila ingin memberikan kritik dalam berkomunikasi, berikan
secara bijaksana sehingga tidak mengganggu perasaan orang lain.
Hendaknya kita belajar mendengarkan orang lain, termasuk dalam hal ini
sensitif pada perasaan orang lain dengan melihat gejala yang muncul.
perhatikan minat setiap individu lawan bicara. Hendaknya memulai
Sosial‐KKKS Halaman 14
pembicaraan dari sesuatu masalah yang menjadi minat, hoby atau pusat
perhatian orang.
Ketiga, hendaknya melibatkan masyarakat. Melibatkan masyarakat bukan
hanya sekedar menyampaikan pesan tapi lebih dari itu menuntut
partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan dan program
sekolah.
4. Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Ada banyak teknik hubungan sekolah dengan masyarakat. Di antaranya
adalah:
a. Siaran radio
b. Siaran tvri (khusunya siaran lokal).
c. Sticker dan kalender (almanak)
d. Media poster
e. Perlombaan-perlombaan
f. Leaflet
g. Dialog langsung dengan masyarakat
h. Pertemuan sekolah dengan masyarakat
i. Kunjungan ke ruman (home visitation).
j. Surat Kabar seolah
5. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ke Sekolah
a. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-putrinya
di rumah dan bila perlu memberi laporan dan berkonsultasi dengan
pihak sekolah. Hal memang agak jarang dilakukan oleh orang tua
murid, mengingat kesibukan bekerja atau karena alasan lain.
b. Menyediakan fasilitan belajar di rumah dan membimbing putraputrinya
agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian.
c. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di
lembaga pendidikan (sekolah)
d. Berusaha melunasi SPP dan bantuan pendidikan lainnya
Sosial‐KKKS Halaman 15
e. Memberikan umpan balik kepada sekolah tentang pendidikan,
terutama yang menyangkut keadaan putra-putrinya.
f. Bersedia datang ke sekolah bila diundang atau diperlukan oleh
sekolah.
g. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan seperti
sarana, pra sarana, kegiatan, keuangan, program kerja dan
sebagainya.
h. Membantu fasilitas-fasilitan belajar yang dibutuhkan sekolah dalam
memajukan proses pembelajaran.
i. Meminjami alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktek,
apabila sekolah memerlukannya
j. Bersedia menjadi tenaga pelatih/nara sumber bila diperlukan oleh
sekolah
k. Menerima para siswa dengan senang hati bila mereka belajar di
lingkungan masyarakat (praktikum misalnya)
l. Memberi layanan/penjelasan kepada siswa ayang sedang belajar di
masyarakat
m. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-penelitian
siswa dan lembaga pendidikan
n. Bagi ahli pendidikan bersedia menjadi ekspert dalam membina
lembaga pendidikan yang berkualitas
o. Bagi hartawan bersedia menjadi donator untuk pengembangan
sekolah
p. Ikut memperlncar komunikasi pendidikan
q. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan
r. Ikut mengontrol jalannya pendidikan (kontrol sosial)
s. Bagi tokoh-tokoh masyarakat bersedia menjadi partner manajemer
pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan lembaga
pendidikan
t. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia
pendidikan.
Sosial‐KKKS Halaman 16
6. Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Mengingat besarnya pengaruh orang tua murid terhadap prestasi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor, Radin seperti dikutif oleh Seifert &
Hoffnung (1991) menjelaskan ada enam kemungkinan caya yang dapat
dilakukan orang tua murid dalam mempengaruhi anaknya, yaitu:
a. Modelling of behaviors (pemodelan perilaku), yaitu gaya dan cara
orang tua berperilaku dihadapan anak-anak, dalam pergaulan seharihari
atau dalam setiap kesempatan akan menjadi sumber imitasi bagi
anak-anaknya. Oleh sebab itu orang tua ataupun lingkungan keluarga
dan masyarakat yang menunjukkan perilaku negatif akan sangat
mempengaruhi perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun
dimasyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini diperlukan kesamaan nilai
dan norma yang berlaku di sekolah dengan yang berlaku di keluarga
dan masyarakat.
b. Giving rewards and punishments (memberikan ganjaran dan
hukuman). Cara orang tua memberikan ganjaran dan hukuman juga
mempengaruhi terhadap perilaku anak.
c. Direct instruction (perintah langsung), pemberian perintah secara
langsung atau tidak langsung memberi pengaruh terhadap perilaku,
seperti ungkapan orang tua “ jangan malas belajar kalau ingin dapat
hadiah” pernyatan ini sebenarnya perintah langsung yang lebih
bijaksana, sehingga dapat menumbuhkan motivasi anak untuk lebih
giat belajar. Banyak masyarakat tidak mengerti bagaimana
penghargaan dan hukuman yang akan memberikan dampak bagi
proses pendidikan, Akibatnya setelah terjadi penyimpangan perilaku
akibat pemberian yang berlebihan tersebut baru mereka sadar.
d. Stating rules (menyatakan aturan-aturan), menyatakan dan
memjelaskan aturan-aturan oleh orang tua secara berulang kali akan
memberikan peringatan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindarkan oleh anak.
e. Reasoning (nalar). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bisa
mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu
digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya, misalnyan orang
Sosial‐KKKS Halaman 17
tua bisa mengingatkan anaknya tentang kesenjangan perilaku dengan
nilai-nilai yang dianut melalui pernyataan-pernyataan. Contohnya “
sekarang rangking kamu jelek, karena kamu malas belajar, bukan
karena kamu bodoh! “.
f. Providing materials and settings. Orang tua perlu menyediakan
berbagai fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya seprti
buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi buku apa dan fasilitas apa
yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, banyak orang tua tidak
memahaminya.
7. Peranan Manajer Pendidikan Menggalang Dukungan Masyarakat
Untuk dapat mengaktifkan orang tua murid, tokoh tokoh masyarakat,
komite sekolah dan stakeholders, salah satu strategi yang dapat ditempuh
adalah menarik perhatian masyarakat melalui mutu pendidikan yang
dihasilkan oleh Sekolah. Artinya untuk menjalin hubungan dengan
masyarakat dapat dimulai dengan melibatkan mereka dalam penyusunan
program peningkatan mutu serta menunjukkan mutu pendidikan yang
meyakinkan mereka.
Niron (2001) menyatakan bahwa kepala sekolah harus memperhatikan
beberapa hal pokok berikut ini agar dapat mencapai target mutu yaitu:
a. Mengidentifikasi pelanggan sekolah. Siapa pelanggan sekolah
sebenarnya, Sallis (1993) menyatakan setiap orang di sekolah
memiliki peran ganda yaitu sebagai pelayan sekaligus sebagai
pelanggan, yaitu mereka sebagai pelayan untuk orang lain (guru
terhadap muridnya), tetapi dia juga sebagai pelanggan pelayanan
(guru dari pelayanan kepala sekolah).
b. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Kepala sekolah perlu
mengetahui secara jelas apa yang diinginkan oleh pelanggan,
khususnya pelanggan internal yaitu guru-guru, staf dan siswa. Sebab
merekalah sebenarnya ujung tombak bermutu tidaknya produk
sekolah yang dihasilkan.
c. Menetapkan target produk yang diinginkan, khususnya kualitas
produk. Dari sisi menajamen pendidikan tampilan produk suatu
Sosial‐KKKS Halaman 18
sekolah menjadi citra bagi sekolah di tengah-tengah masyarakatnya.
Produk yang berkualitas menjadi cerminan akan kualitas pelayanan
yang diberikan.
d. Mengembangkan visi, misi dan tujuan secara jelas.
8. Model Pelibatan Masyarakat
Model pelibatan masyarakat antara lain melalui komite sekolah,
paguyupan orang tua di tingkat kelas, kerja sama dengan pemerintah
atau masyarakat secara umum, dan bekerja sama dengan masyarakat
terorganisir.
Sejak era otonomi daerah, dan sejak kebijakan manajemen berbasis
sekolah diluncurkan, pemerintah telah memberikan peluang kepada
sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang
dikukuhkan, ialah komite sekolah atau komite madrasah.
Di tingkat kelas, banyak sekolah yang membentuk paguyupan orang tua
siswa, dengan maksud agar dapat dijadikan sebagai forum yang
menfasilitasi dan mendukung pembelajaran bermutu.
Kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat secara umum, juga
dapat dijadikan sebagai model pelibatan masyarakat. Berbagai bentuk
kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut
antara lain:
a. Pemberian dan atau penggunaan fasilitas bersama. Berbagai fasilitas
yang tidak dimiliki oleh sekolah mungkin saja terdapat dan dimiliki
oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang kegiatan pendidikan sekolah
dapat membangun kerjasama dengan pemilik fasilitas tersebut.
Misalnya tempat pameran, gedung oleh raga dan lain-lain.
b. Pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan siswa. Misalnya
sekolah ingin meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa
tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas dalam
memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin
melaksanakan pestas seni sekolah dapat bekerjasama dengan
Sosial‐KKKS Halaman 19
lembaga kesenian di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai
fasilitas kesenian (alat-alat seni, seperti seni tradisional).
c. Pemanfaatan sumber daya manusia secara mutualism, sekolah dapat
memanfaatkan sumber daya manusia di masyarakat dan sebaliknya
masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki
sekolah.
Kelompok atau masyarakat terorganisir juga sangat besar peranannya
dalam membantu pendidikan apabila diberdayakan secara optimal.
Beberapa oraganisasi yang memfokuskan dirinya terhadap pendidikan
antara lain:
a. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
b. Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
c. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
d. Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia
e. Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKINS)
f. Gerakan nasional Orang Tua Asuh (GN OTA)
g. Himpunan Masyarakat Psikologi Indonesia (HIMAPSI)
h. Kelompok Budayawan, Seni Tari dan Musik.
C. Soal Latihan Individual
1. Mengapa hubungan sekolah dengan masyarakat penting? Jelaskan
alasan Anda!
2. Kemukakan definisi hubungan antara sekolah dan masyarakat dengan
kata-kata Anda sendiri!
3. Kedepankan prinsip-prinsip hubungan antara sekolah dengan
masyarakat!
4. Sebutkan teknik-teknik hubungan sekolah dengan masyarakat!
5. Kedepankan analisis Anda tentang peranan orang tua dalam mendidik
anak!
Sosial‐KKKS Halaman 20
D. Pemecahan Masalah dalam Kelompok
Buatlah program promosi sekolah secara lengkap, mulai dari panitia
sampai pada isi yang akan dipromosikan, siapa dan bagaimana
mempromosikannya.
E. Refleksi
Buatlah rangkuman keseluruhan materi manajemen hubungan sekolah
dengan masyarakat dengan mengggunakan konstruk Anda sendiri!
Sosial‐KKKS Halaman 21
KEGIATAN BELAJAR 2
BEKERJASAMA/NEGOSIASI DENGAN PIHAK LAIN
A. Pengantar
Baiklah, Anda telah menguasai manajemen hubungan sekolah dengan
masyarakat. Itu sangat penting bagi Anda, karena penguasaan terhadap
kompetensi sosial ini akan menghantarkan Anda pada kesuksesan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat ke sekolah Anda. Salah satu kunci
dalam peningkatan partisipasi adalah, bahwa sekolah Anda beserta
dengan figur Anda, haruslah terpercaya di mata masyarakat.
Kini, Anda diajak berlatih mengidentifikasi gaya kerja Anda. Dengan
pengetahuan tentang gaya diri, dan pemahaman tentang teori gaya kerja,
diharapkan Anda juga akan mudah mendeteksi gaya kerja orang lain, atau
bahkan rekan atau mitra Anda. Pengetahuan tentang gaya yang dimiliki
oleh pihak lain, akan menjadikan Anda dapat melakukan langkah-langkah
yang benar saat bekerja sama atau bernegosiasi dengan mereka. Oleh
karena itu, kerjakan dahulu soal-soal berikut, agar Anda mengetahui apa
gaya Anda!
B. Instrumen Identifikasi Gaya Kerja Kepala Sekolah
Petunjuk Pengerjaan:
Sosial‐KKKS Halaman 22
1. Buatlah peringkat (1, 2, 3, 4 dan 5) pada alternatif jawaban yang
tersedia.
2. Peringkat tersebut menunjukkan tingkat kecocokan jawaban Anda.
3. Tidak ada jawaban yang salah.
1. Dalam menjalankan tugas, pimpinan bertanggungjawab :.
a. Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan bersahabat.
b. Berusaha menjalankan tugas maksimal sesuai fungsi dan
tugas agar prestasi optimal.
c. Mennjalankan tugas sesuai dengan peraturan dan
posisinya.
d. Berusaha menjalankan tugas walau prestasi peserta didik
bergantung suasana, situasi dan kegairahannya.
e. Menciptakan cara kerja yang didasari koordinasi dan
pengarahan yang jelas.
2. Dalam situasi kerja, salah satu cara menangani usul atau saran
adalah:
a. Tidak usah memperhatikan, karena keputusan sudah
diambil.
b. Bergantung usulan. Tak semua usulan perlu ditanggapi, bila
tidak sesuai dengan kebutuhan kita.
c. Bergantung saran yang diajukan. Bila berkaitan dengan porsi
tugas, perlu ditanggapi.
d. Menganggap sebagai masukan. Maka, perlu diperhatikan
demi peningkatan prestasi.
e. Didengarkan.Bila bukan kritik, perlu dipertimbangkan. Yang
penting, pemberi saran merasa diperhatikan.
3. Bila kesukaran menjalankan tugas, pimpinan seharusnya:…
a. Membantu bawahan sesuai posisi dan peraturan agar sesuai
dengan pengarahan pimpinan.
b. Membantu dengan penuh simpati kepada bawahan.
Sosial‐KKKS Halaman 23
c. Bekerja sama dengan bawahan untuk mempelajari
masalahnya agar bawahan paham.
d. Membantu, menunjukkan kekurangan, memberikan
pengarahan alternatif jalan keluar.
e. Bergantung situasi. Bila sedang sibuk, bantu sesuai
kebutuhannya.
4. Pemimpin yang sukses adalah yang berusaha memberikan
arahan pada bawahannya tentang apa yang harus dilakukan.
a. dan secara konsekuen berpegang teguh pada prinsip
tersebut.
b. walaupun ia harus maklum bahwa kesalahan adalah
kodrat manusia.
c. dengan demikian, bawahan dapat bekerja sendiri. Sebab,
tugas pimpinan itu berat.
d. karena digariskan oleh peraturan, keberhasilan ditentukan
penyeleseian tugas masing-masing.
e. dan terutama menyadarkan tanggungjawab serta
fungsinya sesuai tugas bawahan.
5. Bila bawahan tidak setuju dengan pimpinan, dia seharusnya:…
a. Mengemukakan fakta dan pengalamannya agar pimpinan
menerima dan menyetujui.
b. Tak perlu berpendapat, yang penting tanggungjawab
sebagai bawahan telah diseleseikan .
c. uruti saja pimpinan, dan hanya mengajukan saran kalau
diminta.
d. Bekerja/berdiskusi dengan kepala sekolah untuk mencari
issu berbeda dan bersama mencari jalan keluarnya.
e. Bekerja dan berdiskusi dengan pimpinan sampai tercapai
kesesuaian pendapat.
6. Bila ada bawahan yang menyimpang dari peraturan, yang
harus dilakukan pimpinan adalah:
Sosial‐KKKS Halaman 24
a. Mengingatkan tanpa melukai perasaannya.
b. Biarkan saja, yang penting tugasnya telah dilaksanakan.
c. Mencoba mengingatkan, menjabarkan penyimpangan dan
mendiskusikan jalan keluarnya.
d. Mencoba mengingatkan, menunjukkan penyimpangan dan
mengingatkan agar tidak terulang lagi.
e. Selama tidak menyangkut pribadi kita, mengingatkan atau
tidak sebenarnya sama saja.
7. Agar keputusan tak diralat, maka pimpinan seharusnya:…
a. Mengkomunikasikan alasannya kepada bawahan agar
mereka memahami dan tidak menentang.
b. Menunjukkan ketentuan:pimpinan punya wewenang
menentukan tindakan;bawahan hanya boleh usul.
c. Menunjukkan peraturannya, dan jika ralat harus
dilakukan, harus didasarkan atas aturan.
d. Mengkomunikasikan keputusan; dan sebelumnya
berusaha mendapatkan keterangan dan usul bawahan
serta menekankan pentingnya konsensus dalam
mengambil keputusan.
e. Mengkomunikasikan keputusan, bahwahan ingin meralat
atau tidak terserah. Yang penting keputusan telah
diambil.
8. Dalam menjalankan tugas sehari-hari secara umum, bawahan
mengharapkan:
a. Campur tangan seperlunya dari pimpinan. Sebab,
peraturan sudah ada,dan bawahan sudah terbiasa
melaksanakan tugas.
b. Pimpinan memberikan arahan dan pemahaman akan
tugas.
Sosial‐KKKS Halaman 25
c. Pimpinan memberikan pengarahan berdasarkan
kompetensi dan pengalaman serta
menekankan tugas setiap bawahan.
d. Pimpinan memberikan semangat dan simpati agar
mereka merasa diperhatikan.
e. Pimpinan memberikan pengarahan sesuai dengan
peraturan. Jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan,
pimpinan berpegang pada peraturan.
9. Bila terjadi perbedaan pendapat antar sejawat tenaga
kependidikan, masing-masing sebaiknya berusaha:
a. Mencari pangkal tolak perbedaan pendapat, berusaha
mencari alternatif yang diterima dan berusaha
melaksanakan alternatif tersebut.
b. Mencari kesesuaian pendapat agar tak terjadi
ketegangan, agar suasana kerja pulih dan menunjang
kekompakan.
c. Mencari kesesuaian pendapat dengan berpedoman
kepada peraturan.
d. Menunjukkan perebedaan dan menganalisis
berdasarkan kompetensi dan pengalaman serta
menentukan pendapat yang lebih mendekati kebenaran.
e. Tidak usah dirisaukan, dan tidak usah campur tangan.
10. Agar berhasil dengan maksimal, keputusan penting seharusnya:
a. Direncanakan dan diskusikan, agar bawahan paham dan
mengetahui fungsinya.
b. Ditentukan oleh pimpinan dan diberitahukan serta
dikomunikasikan kepada semua pembimbing.
b. Didasarkan pada peraturan dan prosedur yang berlaku.
c. Memperhatikan seluruh saran anggota dan mencari
kesesuaian pendapat agar suasana kerja lebih
menyenangkan.
Sosial‐KKKS Halaman 26
d. Dilakukan lewat diskusi kelompok, dan kelompok
dibiarkan menemukan pemecahan; pimpinan
berkomentar bila perlu.
11. Bila pimpinan sekolah berhubungan dengan guru lebih tua yang
berbuat kesalahan maka:
a. Tak usah segan memberi tahu keteledorannya, dan
langkah apa yang harus dilakukan.
b. Selama tak berpengaruh terhadap berfungsinya suatu
sistem, biarkan saja.
c. Dengan wajar memberi tahu kesalahannya dan bersamasama
menelusuri penyebab serta mencari pemecahan.
d. Mengigatkan kembali peraturan yang berlaku dan
menekankan pentingnya taat aturan.
e. Sangat hati-hati, mengingatkan melalui perumpamaan,
mengingatkan kesalahannya, karena ia patut dihormati.
12. Bila suatu tugas telah diakhiri, sebaiknya kepala sekolah:
a. Menekankan efektivitas bawahan dan mencari alternatif
perbaikan, agar meningkatkan pengalaman dan
prestasi.
b. Memberi komentar dan semangat atas kontribusi
bawahan sesuai dengan yang telah mereka lakukan.
c. Menekankan pentingnya pelaksanaan tugas sesuai
dengan peraturan.
d. Menekankan, bahwa efektivitas akan tercapai bila
sesuai dengan kontribusi dan pengaruh pimpinan serta
menekankan pentingnya kompetensi pimpinan.
e. Mengucapkan selamat dalam mengakhiri tugas.
13. Koordinasi, komunikasi, pelaksanaan fungsi dan pembimbingan
akan berhasil dicapai, jika:
Sosial‐KKKS Halaman 27
a. Secara aktif melibatkan baeahan untuk mengurangi
perbedaan dan mengokohkan konsensus agar kerja
kelompok efektif.
b. Secara aktif melibatkan bawahan dalam berbagai
masalah dan mendiskusikan alternatif pemecahan.
c. Banyak melakukan pertemuan agar bawahan tahu
tugasnya.
d. Penguasaan kepada bawahan sesuai dengan status,
peraturan dan pengarahan pimpinan.
e. Kepatuhan terhadap petunjuk pimpinan, terutama
berpedoman pada tugas yang digariskan .
14. Ketika tenaga kependidikan yang lebih senior membuat
keputusan kurang benar, yang sepatutnya dilakukan oleh
mereka yang lebih unior adalah:
a. Mengingatkan kesalahan secara diplomatis, walau ia
sadar bahwa itu kurang pantas.
b. Mengkomunikasikan masalahnya kepada pimpinan dan
minta meninjau kembali keputusan.
c. Harus berani berpendapat, mengingatkan kesalahan
senior dan menunjukkan resiko yang akan terjadi.
d. Tak perlu terlibat langsung, karena mereka yang lebih
senior pasti juga akan ada yang mengingatkan.
e. Menjalankan porsi tugasnya, karena pimpinan dengan
pengalaman lebih, cukup memahami apa yang ia
lakukan.
15. Agar setiap bawahan merasa sebagai anggota tim, pimpinan
harus :
a. Mengingatkan apa yang menjadi porsi tugas bawahan
sesuai dengan arahan peraturan.
Sosial‐KKKS Halaman 28
b. b.Selalu mengingatkan, bahwa prestasi optimal dapat
dicapai melalui kekompakan dan suasana nyaman dan
tidak tegang.
c. Pembinaan fungsi dan peran tim, karena keberhasilan
ditentukan koordinasi, kooperasi dan komunikasi
angota tim.
d. Melaksanakan tugas sesuai ketentuan, tidak usah
campur tangan pada tim, karena tim pasti tahu
tugasnya.
e. Menjelaskan porsi tugas pimpinan, menekankan
pentingnya pimpinan di satu tangan, agar terjadi
kesimpangsiuran fungsi dan peran.
16. Dalam merencanakan tugas, seorang bawahan sebaiknya:
a. Aktif berperan dan mengajukan usulan sesuai
pengalamannya agar perencanaan tugas lebih matang.
b. Mendukung rencana dan usulan pimpinan, terbina
hubungan akrab sehingga memudahkan tim dalam
melaksanakan tugas.
c. Mendukung rencana dan usulan pimpinan, karena
pimpinanlah yang bertanggungjawab dalam setiap
tugas, karena kita tidak punya porsi untuk mencampuri
kewenangan pimpinan.
d. Aktif seperlunya, dan tidak perlu mengajukan usulan
bila tak diminta.
e. Aktif mengajukan usul sesuai kompetensi pribadi. Jika
dirasa benar, mendiskusikan dengan pimpinan agar
mau menerima usulnya.
17. Standar prestasi bawahan sebaiknya ditentukan:
a. Secukupnya sesuai kemampuan perorangan sehingga
tiap bawahan betah bekerja dan merasa diperlakukan
adil.
Sosial‐KKKS Halaman 29
b. Sesuai kemampuan masing-masing bawahan agar dapat
menjalankan fungsi dan perannya serta kontribusinya
sebaik mungkin.
c. Sesuai dengan suasana hati dan kegairahan kerja, yang
penting bawahan terlihat menjalankan tugas.
d. Sesuai posisi dan prosedur serta peraturan yang
berlaku.
e. Setinggi mungkin sesuai dengan ambisi bawahan, dan
kita harus berusaha mencapainya.
18. Bila bawahan mengetahui rekannya terlihat bekerja seadanya,
sebaiknya ia:
a. Mengingatkan dengan tegas walaupun menimbulkan
rasa kurang enak.
b. Cukup maklum, karena prestasi seseorang dipengaruhi
suasana sesaat.Meski tak diingatkan,orang bisa
berubah sendiri.
c. Sebagai orang timur kita dapat berbuat banyak, tapi
sebaiknya takberhubungan dengan orang yang
demikian.
d. Perlu diingatkan mengenai porsi tugas sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
e. Mengajak berdiskusi guna mengetahui masalahnya,dan
membangkitkan semangat agar ia menjalankan tugas
fungsinya.
19. Dalam memantau tugas, tenaga kependidikan di sekolah
seharusnya:
a. Mengerjakan bagiannya sendiri,tidak banyak campur
tangan ke anggota lain.Kalau ada masalah, sistem
manajemen sekolah pasti akan memberi tahu.
Sosial‐KKKS Halaman 30
b. Bersikap positif, dan secara bersahabat memberikan
pertimbangkan jika ada masalah, serta memberikan
semangat jika berhasil.
c. Selain mengawasi tugas pribadinya, juga melihat rekan
apakah melakukan tugas, jika perlu memberikan
peringatan terbuka.
d. Mengerjakan peran dan fungsinya, kalau ada yang
tidak normal, bersama-sama menanggulangi.
e. Mengerjakan porsi tanggungjawabnya, dan tidak perlu
campur tangan ke anggota lain selama keadaan
normal.
20. Komunikasi dan diskusi antar tenaga kependidikan adalah
sehat, jika dilaksanakan untuk:
a. Membuat informasi penting dan umpan balik untuk
mencapai keputusan terbaik dalam rangka menentukan
kegiatan yang seharusnya dilakukan.
b. Bersikap positif dan secara bersahabat mengingatkan
kalau ada masalah dan memberi semangat jika berjalan
lancar.
c. Mendapatkan kejelasan tanggungjawab masing-masing
anggota sesuai prosedur dan peraturan.
d. Mendapatkan informasi bila terjadi sesuatu yang
abnormal, tapi jika lancar tak perlu melakukan hal
tersebut.
e. Mengingatkan kembali pentingnya koordinasi dan
pelaksanaan tugas sesuai pengarahan pimpinan
C. Rekap Hasil Pengerjaan ke Lembar Jawaban
Baiklah, Anda telah sukses mengerjakan instumen gaya kepemimpinan
dengan baik. Anda telah membuat peringkat, sehingga setiap nomor
Sosial‐KKKS Halaman 31
instrumen, Anda menuliskan nomor urut peringkat (1, 2, 3, 4 dan 5).
Saatnyalah kini Anda menuliskan kembali peringkat jawaban Anda ke
lembar jawaban (kolom sebelah kiri). Selanjutnya, merekap hasil peringkat
jawaban Anda ke lembar jawaban pada kolom sebelah kanannya.
Berdasarkan hasil rekapan peringkat pada kolom yang sebelah kanan,
Anda bisa menjumlahkan jawaban Anda ke bawah. Pada rekap peringkat
pilihan Anda di sebelah kanan, terdapat kolom jawaban K, yang berarti
komandan; P yang berarti Pelayan; B yang berarti Birokrat; BO yang berarti
Bohemin; dan M yang berarti manajer.
Berdasarkan penjumlahan yang Anda lakukan ke bawah, Anda bisa
membuat peringkat jawaban Anda dari jumlah terkecil sampai dengan
jumlah terbesar. Jumlah terkecil itulah sesungguhnya, yang mencerminkan
kecenderungan gaya Anda.
OPSI GAYA KERJA PIMPINAN
NO PERINGKAT PILIHAN REKAP PERINGKAT PILIHAN
A B C D E K P B BO M
1 B A C D E
2 A E C B D
3 D B A E C
4 A B D C E
5 A C D B E
6 D A C B E
7 B A C E D
8 C D E A B
9 A B C E D
10 B D C E A
11 A E D B C
12 D E C B A
13 E A D C B
14 C A E D B
Sosial‐KKKS Halaman 32
NO PERINGKAT PILIHAN REKAP PERINGKAT PILIHAN
15 E B A D C
16 E B C D A
17 E A D C B
18 A C D B E
19 C B E A D
20 E B C D A
JUMLAH/TOTAL :
D. Menelaah Materi Bahan Belajar Madiri
Berdasarkan identifikasi gaya yang sudah Anda lakukan, kini Anda
diharapkan menelaah materi Bahan Belajar Mandiri. Materi bacaan ini,
berisi tentang berbagai nilai asumsi masing-masing gaya, kecenderungan
masing-masing gaya ketika mengejar tawaran pihak lain, dalam
menawarkan bantuan, dalam menegur kesalahan/memberikan komentar,
dalam mengendalikan konflik, dan dalam mengambil keputusan.
Selanjutnya, setelah Anda memahami seluk beluk kecenderungan masingmasing
gaya, Anda diharapkan menelaah ”rambu-rambu” yang terkait
dengan cara memahami, mengerti, bekerja sama dan bahkan bernegosiasi
dengan masin-masing gaya.
GAYA KERJA KEPEMIMPINAN
1. Lima Gaya Kepemimpinan
Ada 5 gaya yang diterapkan seseorang ketika berhubungan dengan
orang lain:
a. Komandan: Menganggap orang lain sebagai PEMBANTU untuk
menyeleseikan pekerjaan/kepentingannya.
b. Pelayan: Menganggap dirinya PEMBANTU orang lain untuk
mencapai kepentingan orang lain.
Sosial‐KKKS Halaman 33
c. Bohemin: Menganggap orang lain dan dirinya adalah pribadi yang
berdiri sendiri dan tidak saling bergantung.
d. Birokrat: Menganggap dirinya dan orang lain bersama-sama harus
memikirkan kepentingan pihak lain.
e. Manajer: Menganggap bahwa dirinya dan orang lain adalah mitra
kerja yang saling memiliki kepentingan dan tergantung satu sama
lain.
2. Nila dan Asumsi
a. Komandan: Orang hanya mementingkan kepentingan pribadi.
“Karena itu, kita harus berjuang untuk memenangkan kepentingan
kita”
b. Pelayan: Hubungan baik sangat diperlukan dalam penyeleseian
pekerjaan. “Karena itu, kita harus menjaga perasan orang lain”.
c. Bohemin: “Tanpa saya dunia tetap berputar. Ngapain repot
memikirkan kepentingan orang lain. Toh belum tentu orang lain
memikirkan diri kita”.
d. Birokrat: Peraturan mengamankan segalanya. ”Ikuti saja peraturan
itu. Orang akan mengikuti peraturan, kalau kita juga mengikuti
peraturan”.
e. Manajer: Memenuhi kepentingan orang lain belum tentu
merugikan kita. ”Yang penting, kita berusaha mencapai yang
terbaik untuk semua pihak”.
3. Dalam Mengejar Tawaran Pihak Lain
a. Komandan: Sangat cepat menarik kesimpulan. Umumnya curiga,
bahwa usulan pihak lain, hanya untuk kepentingan orang lain.
b. Pelayan: Usul yang diperhatikan adalah sejauh mana berakibat
pada hubungan interpersonal. Yang diperhatikan kepentingan
masing-masing pribadi, bukan kelompok yang diwakili oleh
masing-masing pihak.
c. Bohemin: Yang diperhatikan adalah dampak penawaran pada
kepentingan pribadinya, bukan dampaknya pada kelompok/pihak
lain.
Sosial‐KKKS Halaman 34
d. Birokrat: Yang ia pelajari adalah, sejauh mana tawaran itu sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
e. Manajer: sangat hati-hati dalam menerima tawaran. Ia
mempertimbangkan sejauh mana penawaran tersebut terhadap
kepentingan kelompok yang diwakili dan kelompok yang diwakili
pihak lain.
4. Dalam Memulai Kerja Sama atau Perundingan
a. Komandan: Membuka perundingan langsung mengemukakan
pokok persoalan dan mengajukan usulan pemecahan.
b. Pelayan: Membuka perundingan dengan bosa basi. Menunggu
pihak lawan memberikan usulan atau tanggapan.
c. Bohemin: Tidak punya cara yang tetap ketika memulai
perundingan.
d. Birokrat: Kalau persoalan yang dibicarakan menyimpang dari
peraturan, biasanya langsung mengajukan persoalan.
e. Manajer: Langsung mengemukakan persoalan dan minta
tanggapan terhadap jalan pikirannya.
5. Dalam Menawarkan Bantuan
a. Komandan: Langsung menawarkan bantuan, agak memaksa,
menunjukkan kelebihan agar mendapatkan kekaguman orang lain.
b. Pelayan: Tak spontan menawarkan bantuan, tapi tak menolak jika
diminta membantu.
c. Bohemin: Tak menawarkan bantuan dan tak peduli dengan
kesulitan orang lain.
d. Birokrat: Tak menawarkan bantuan, tapi secara otomatis
memberikan bantuan bila merupakan kewajibannya. Menolak
memberi bantuan yang bertentangan dengan peraturan.
e. Manajer: Menawarkan bantuan jika tidak merugikan kepentingan
bersama. Tanpa memaksa dan mengingatkan hal-hal yang
mungkin dilupakan.
Sosial‐KKKS Halaman 35
6. Dalam Menegur Kesalahan/Memberi Komentar
a. Komandan: Sangat cepat menegur dan terang-terangan. Cepat
memberi persetujuan dan penolakan usulan. Tidak segan mencela
pihak lain.
b. Pelayan: Hati-hati dalam memberi komentar, dan yang
dikemukakan tak selalu sesuai dengan pendapat pribadinya.Lebih
berusaha disetujui daripada mengungkapkan keberatan.
c. Bohemin: Tak banyak menegur/komentar. Langsung bilang setuju
atau tidak. Patokan persetujuan adalah: apakah merugikan dirinya
atau tidak.
d. Birokrat: Tegas menegur hal-hal yang menyimpang dari aturan.
Kalau tawaran pihak lain tidak menyimpang dari persetujuan awal
dia, biasanya ia setuju.
e. Manajer: Langsung menegur. Tapi kalau yang berbuat salah
menyadari kesalahannya dan berusaha melakukan perbaikan, ia
tak menegur. Dalam menegur kesalahan, ia menjelaskan
mengapa itu salah dan bagaimana memperbaikinya.
7. Dalam Mengendalikan Konflik
a. Komandan: Berusaha memenangkan konflik dengan kekuasaan
yang dimiliki. Tidak merasa terganggu oleh ketegangan emosional
selama konflik.
b. Pelayan: Berusaha meredakan ketegangan emosional akibat
konflik seraya minta pihak lain menahan diri. Yang ingin
diseleseikan bukan konfliknya, tapi ketegangan emosionalnya.
c. Bohemin: Tidak peduli dengan konflik. Terserah orang lain
maunya apa. Pokoknya saya maunya begini.
d. Birokrat: Berusaha mengegolkan alternatif yang paling sesuai
dengan ketentuan dan aturan.
e. Manajer: Berusaha mencari inti perbedaan. Menawarkan alternatif
yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Sosial‐KKKS Halaman 36
8. Dalam Mengambil Keputusan
a. Komandan: Mengambil keputusan yang menurutnya terbaik tanpa
peduli dengan persetujuan orang lain. Berusaha menggunakan
wewenang untuk memaksakan keputusannya.
b. Pelayan: Jarang mau mengambil keputusan yang ditentang pihak
lain.Dalam forum, ia suka mengambil keputusan melalui voting.
c. Bohemin: Mengambil keputusan yang tak merugikan
kepentingannya.Tak peduli keputusannya disetujui oleh pihak lain
ataukah tidak.
d. Birokrat: Berani mengambil keputusan meski banyak ditentang,
asal sesuai dengan peraturan.
e. Manajer: Berusaha mengambil keputusan yang bisa diterima oleh
semua pihak. Win-win solution.
CARA BERHUBUNGAN DENGAN MEREKA
9. Komandan
a. Binalah hubungan baik.
b. Hadapi dengan tenang, jangan terpancing bertengkar.
c. Perlihatkan minat terhadap substansi pembicaraan.
d. Bersikaplah tegas.
e. Sentuh perasaannya.
f. Ajak berpikir lebih luas dan berargumen secara rasional.
g. Bersiap-siaplah untuk kompromi.
10. Pelayan
a. Berbincanglah ringan dahulu. Jangan langsung mulai diskusi.
b. Utamakan kaitan usulan dengan orang yang dipermasalahkan.
c. Tunjukkan dukungan para ahli dan tokoh ternama.
d. Ungkapkan, bagaimana gagasan tersebut berjalan baik di masa
lalu.
e. Himbau dan sentuh perasaannya dengan kejadian di masyarakat.
Sosial‐KKKS Halaman 37
11. Bohemin
a. Sediakan waktu cukup untuk diskusi. Sabarlah jika ia menyimpang
dari persoalan.
b. Bicaralah konseptual, pusatkan perhatian pada situasi
menyeluruh.
c. Rangsang imajinasi dan kreatifitasnya, dengan memikirkan masa
depan dan mencari kemungkinan-kemungkinan baru.
d. Tekankan keunikan gagasan yang diajukan.
e. Pahami nilai yang ia anut dan kebutuhannya. Kaitkan kedua hal
tersebut dengan gagasan yang diajukan.
12. Birokrat
a. Nyatakan fakta yang tepat kepadanya.
b. Kaitkan usulan dengan peraturan yang berlaku.
c. Susunlah gagasan mulai dari: latar belakangnya, situasi sekarang
dan hasilnya.
d. Analisislah berbagai pilihan dengan keunggulan dan
kelemahannya.
e. Tetaplah pada prosedur dan jangan potong kompas.
13. Manajer
a. Pergunakan logika dan perdebatan.
b. Perkuat gagasan dengan fakta.
c. Analisislah kaitan antara gagasan/usulan dengan situasi serta
ungkapkan keuntungan dan kerugiannya.
d. Bersikaplah obyektif dan terbuka.
e. Binalah hubungan baik setelah negosiasi.
E. Latihan Berpasang-pasangan
Kini Anda telah mengenal masing-masing gaya Anda. Bentuklah pasangpasangan
(dua orang) di antara Anda. Kenalkan gaya Anda kepada
pasangan Anda! Berikan pasangan Anda untuk berkonsultasi, dengan
Sosial‐KKKS Halaman 38
menggunakan cara-cara yang sesuai dengan kecenderungan gaya ang
Anda miliki. Setelah selesai, ”gantian” Anda yang berlatih bernegosiasi
dengan pasangan Anda, dengan menggunakan cara-cara yang sesuai
dengan kecenderungan pasangan Anda.
F. Refleksi
Setelah Anda menelaah teks, mengerjakan tugas dan berlatih dalam
kelompok, makna apakah yang Anda dapatkan? Rfleksikan renungan Anda
secara tertulis dalam 1 halaman kwarto!
DAFTAR PUSTAKA
Dittendik, Ditjen Mutendik. 2007. Manajemen Hubungan Sekolah dan
masyarakat Dalam pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Dittendik,
Ditjen Mutendik, Depdiknas.
Imron, Ali. 2009. Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Maisyaroh, 2007. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat.
Malang: Jurusan AP FIP UM.
Universitas Negeri Malang, 2007. Gaya Kerja. Bahan Pelatihan LKMM
Fungsionaris Mahasiswa. Malang: Panitia OPSPEK UM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar